Thursday, August 16, 2007

Dakwah Tidak Dapat Dipikul Orang Manja

nukilan asal: D.H Al Yusni

edited by : HaMas


Wahai Saudaraku yang dikasihi Allah.
Perjalanan dakwah yang kita lalui ini bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi kegemerlapan dan kesenangan. Ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tentangan dan rintangan berat.
Telah banyak sejarah orang-orang terdahulu sebelum kita yang merasakan manis getirnya perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus berpisah dengan kaum kerabatnya. Ada pula yang diusir dari kampung halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang telah mengukir bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan terhadap dakwah.


Cobalah kita tengok kisah Dzatur Riqa’ yang dialami sahabat Abu Musa Al Asy’ari dan para sahabat lainnya –semoga Allah swt. meridhai mereka. Mereka telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka terluka. Namun mereka tetap mengarungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan, mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanan dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini. Buat selamanya.
Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi kita sekalian. Kerana pengorbanan yang telah mereka sumbangkan untuk dakwah ini tumbuh bersemi. Dan, kita pun dapat menikmati hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu karunia yang Allah swt. berikan melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendakwah terdahulu. Semoga Allah meridhai mereka.


Duhai saudaraku yang dirahmati Allah swt.
Renungkanlah pengalaman mereka sebagaimana yang difirmankan Allah swt. dalam surat At-Taubah: 42.


Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.


Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat mengukuhkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cubaan dan dugaan. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kejayaan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa fi sabilillah untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati dugaan hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.
Saudaraku seperjuangan yang dikasihi Allah swt.


Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu per satu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan.


Penyakit wahan telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai risiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.


Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At-Taubah: 45-46)


Nau’zubillah. Mudahan kita terpelihara daripada sifat futur dalam perjuangan dan dijauhkan daripad tergolong dalam golongan tersebut.
Kesetiaan yang ada pada para mujahidin merupakan indikasi kuat daya tahannya yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka sentiasa bersedia menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya,dia sentiasa berada di posisinya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan di bahagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw. dalam beberapa riwayat tentang prajurit yang baik.
Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.


Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail, salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al Banna orang yang sebaik sahaja pulang dari tempat kerjanya akan berangkat ke kota lain untuk memberi ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara silih berganti. Dia selalu berpindah-randah dari satu kota ke kota lain untuk menunaikan amanah dakwah. Sesudah menunaikan tugasnya dengan baik, dia merupakan orang yang pertama berada di tempat kerjanya. Malah, ia yang membukakan pintu gerbangnya.


Pernah dia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat keadaan tubuhnya yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tetamunya tertidur sehingga terjaga. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail memohon untuk berangkat ke kota lainnya. Karena keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan wang kepadanya untuk menaiki teksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan, “Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.” Zainab pun menjawab, “Saya sering ke mana-mana dengan teksi dan kereta-kereta mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena itu, terimalah wang ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan istirahat sejenak.” Dia pun menjawab, “Berbahagialah puan. Puan telah berjaya menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmatan itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana sikap puan. Terima kasih atas kebaikan puan. Biarlah saya menaiki kenderaan umum saja.”


Duhai saudaraku yang dimuliakan Allah swt.
Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dimungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa pelbagai anugerah-Nya. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an.


Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)- mu. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar.” (Al-Anfal: 29)


Dengan janji Allah swt. tersebut, orang-orang beriman tetap bertahan mengharungi jalan dakwah ini. Dan mereka pun tahu bahwa perjuangan yang berat itu sebagai kunci untuk mendapatkannya. Semakin berat perjuangan ini semakin besar janji yang diberikan Allah swt. kepadanya. Kesetiaan yang bersemayam dalam diri mereka itulah yang membuat mereka tidak akan pernah menyalahi janji-Nya. Dan, mereka pun tidak akan pernah mahu merubah janji kepada-Nya.


Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya). (Al Ahzab: 23)


Wahai ikhwah kekasih Allah swt.
Pernah seorang pejuang Palestina yang telah berlama-lama meninggalkan kampung halaman dan keluarganya untuk membuat mencari dukungan dunia dan dana diwawancarai. “Apa yang membuat Anda dapat berlama-lama meninggalkan keluarga dan kampung halaman?” Jawabnya, karena perjuangan. Dan, dengan perjuangan itu kemuliaan hidup mereka lebih berarti untuk masa depan bangsa dan tanah airnya. “Kalau bukan karena dakwah dan perjuangan, kami pun mungkin tidak akan dapat bertahan,” ungkapnya lirih.


Wahai saudaraku seiman dan seperjuangan
Aktivis dakwah sangat menyakini bahwa kesabaran yang ada pada dirinyalah yang membuat mereka kuat menghadapi berbagai rintangan dakwah. Bila dibandingkan apa yang kita lakukan serta yang kita dapatkan sebagai risiko perjuangan di hari ini dengan keadaan orang-orang terdahulu dalam perjalanan dakwah ini, belumlah seberapa. Pengorbanan kita di hari ini masih sebatas pengorbanan waktu untuk dakwah. Pengorbanan tenaga dalam amal khairiyah untuk kepentingan dakwah. Pengorbanan sebagian kecil dari harta kita yang banyak. Dan bentuk pengorbanan lainnya yang telah kita lakukan. Cuba lihatlah pengorbanan orang-orang terdahulu, ada yang disisir dengan sisir besi, ada yang digergaji, ada yang diikat dengan empat ekor kuda yang berlawanan arah, lalu kuda itu dipukul untuk lari sekencang-kencangnya. Ada pula yang dibakar dengan tungku yang berisi minyak panas. Mereka dapat menerima resiko karena kesabaran yang ada pada dirinya.


Kesabaran adalah kuda pertahanan orang beriman dalam meniti perjalanan ini. Bekal kesabaran mereka tidak pernah berkurang sedikit pun karena keikhlasan dan kesetiaan mereka pada Allah swt.


Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)


Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah membakar jiwa yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah dakwah ini.


Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh mereka yang manja. Dugaan merupakan kendaraan yang akan menghantar kepada kejayaan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan.


Wallahu’alam

Tuesday, August 7, 2007

PERJUANGAN DALAM PENGAJIAN


Malam tadi Alhamdulillah selesai majlis meraikan sahabat-sahabat PERKEPIS yang telah bergraduat. Mudah-mudahan dipermudahkan segala urusan mendatang dan diberi kekuatan untuk terus kekal istiqamah dalam perjuangan. Perjumpaan dengan sahabat-sahabat lama membakar kembali semangat yang membara.

Seperti biasa, perjalanan dengan adik akhwat ke destinasi majlis tidak sunyi daripada pengisian. Topik perbualan kami ialah BLOG. Katanya ‘Mengapa perlu dicanang kisah diri kepada seluruh dunia?’.Persoalannya membuatku tersenyum dan terfikir bahawa setiap amalan itu adalah dengan niat. Astarghfirullah hal a’zim,ikhlaskanlah niatku Ya Allah. Kisah-kisah ini bukan untuk mencanang diri, tetapi mencanang rasa ketenangan berada dalam agamaNya, mencanang agamaNya, mencanang iktibar tauladan buat semua. Semua ini boleh menjadi investment terbesar di alam barzakh, selagi tinta ini terus dibaca dan tidak hilang dakwatnya (or more appropriate , as long as this blog is not suspended).

Telatah adik-adik di menara gading membuat umi tersenyum. Teringat memori silam sewaktu pengajian. Sibuk dengan kuliah, assignment dan perjuangan. Teringat kembali sahabat-sahabat sefakulti, bergading bahu membantu antara satu sama lain untuk berjaya dalam bidang pengajian. Umi akui yang umi bukanlah pelajar yang cerdik dan ujian dari segi kesihatan kadang-kadang menyebabkan umi agak ketinggalan dengan pelajaran. Tetapi, ini semua tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak memikul amanahNya. Pengajian harus seiring dengan pejuangan. Yang paling manis adalah bukan perasaan ketika menerima segulung ijazah tetapi, rasa keimanan tika merasai kebenaran firmanNya dan janjiNya.



Firman Allah dalam surah Muhammad:7

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, nescaya Allah akan menolongmu dan mengukuhkan kedudukanmu”

Tiada lebih manis daripada rasa kegembiraan dan kesyukuran tika mendapat bantuan yang tidak disangka-sangka. KehadiranNya terasa dekat dan terasa diri diperhati. Keimanan hakiki inilah yang perlu dicari dan didamba. Amat benar janji Allah dan beruntung mereka yang meyakini janjiNya. Masa-masa bergelar pelajar tidak akan dapat diputarkan kembali. Manfaatkanlah ia dalam perjuangan agamaNya. Alangkah ruginya jika masa itu terhabis dengan hanya memerap diri di dalam bilik menghadap buku.

Umi bukanlah yang terbaik untuk menulis ini, tetapi tika dirimu terasa berat dalam perjuangan atas beban assignment ataupun rasa khuatir untuk tidak score dalam pelajaran lantas merasakan berundur daripada medan perjuangan adalah jalan penyelesaian, perhatilah sahabat-sahabat perjuanganmu. Renung kembali kakak-kakak dan abang-abang senior yang pernah menyelusuri medan perjuangan ini. Kesibukan sebagai pelajar Medic, Kejuruteraan, Kimia, Bioteknologi, Kaunsling, HRD etc, tidak menjadi penghalang. Mungkinkah ada yang lebih susah daripada meniti titian sirat? Antara amanah sebagai khalifah dalam mempelajari ilmu dunia demi memakmurkan dunia dan amanah sebagai hamba demi memperjuangkan agama, InsyaAllah pasti kedua-duanya akan dapat kau tempuhi dengan cemerlang kerana Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.
~wallahua’lam~